Headlines News :
Home » » (Kaidah 1) Delapan Kaidah Menuntu Ilmu

(Kaidah 1) Delapan Kaidah Menuntu Ilmu

Written By Unknown on Rabu, 07 Januari 2015 | 23.42

Memperbaiki Niat Dalam Menuntut Ilmu

Belajar atau menuntut ilmu termasuk ibadah yang paling mulia. Kenapa? 

Karena menuntut ilmu adalah sarana yang dengan sarana itu seorang mukallaf mampu memperbaiki imannya, memperbaiki akidahnya dan memperbaiki amalannya. Sebagaimana yang telah dijelaskan.
Perkara ibadah itu; sesungguhnya tidak sah ibadah itu kecuali dengan kebenaran niat dan keselamatan niat dari berbagai noda. Maka hendaklah engkau wahai penuntut ilmu yang belajar memahami agama memperbaiki niatmu pertama kali ketika belajar.

Pada saat ini, Aku wanti-wantikn kepada diriku dan saudara-saudaraku yang berkeinginan untuk belajar memahami agama Allah dari dua bagian diantara bagian-bagian jiwa dan dari dua hawa nafsu yang tersembunyi yang akan merusak setiap muslim yang menuntut ilmu. Setiap muslim yang menuntut ilmu mesti takut dari serangan dua hawa nafsu yang tersembunyi ini. Dan sungguh Rasulullah صلّى الله عليه و سلّم telah mewanti-wanti kepada umatnya dari dua hawa nafsu yang tersembunyi ini.

📌 Hawa nafsu yang pertama: Menjadikan ilmu sebagai sarana untuk mendapatkan tujuan diantara tujuan-tujuan dunia.

Ilmu adalah ibadah; menjadikan ilmu sebagai sarana untuk mendapatkan tujuan diantara tujuan-tujuan dunia, bahasa modernnya; belajar karena untuk mendapatkan pekerjaan atau belajar untuk mendapatkan harta. Ini merupakan hama yang pertama atau hawa nafsu yang pertama yang menyerang hati para pelajar yang belajar memahami agama. Hendaklah seorang penuntut ilmu mewaspadainya dengan betul-betul waspada.

Maka Ilmu itu adalah ibadah. Ilmu adalah jalan untuk mengenal Allah, jalan untuk mengenal hukum-hukumNya yang perlu dipraktekkan secara syar'i. Jalan untuk ke akhirat. Maka menjadikan sarana akhirat  sebagai sarana untuk mendapatkan dunia adalah diantara kezhaliman yang paling jelek; karena meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.

Mencari ilmu adalah jalan ke surga sebagaimana Nabi صلّى الله عليه و سلّم dalam sebuah hadits:
"من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا إلى الجنة"
"Barangsiapa yang menempuh satu jalan yang ditempuh (dijalan itu) ilmu, pasti Allah akan mudahkan baginya dengan ilmu itu menuju surga)"(1).

Maka memahami agama Allah atau mencari ilmu syar'i  adalah jalan ke surga. Maka apabila engkau menjadikan ilmu  jalan untuk mendapatkan  dunia pasti tidak tersisa bagimu bagian disurga, tidak disisakan  bagi dirimu bagian disurga.

Rasulullah صلّى الله عليه و سلّم mengisyaratkan dengan sabdanya:
"من تعلم علما مما يبتغي به وجه الله.."
"Barangsiapa yang mempelajari ilmu yang dicari dengan ilmu itu karena wajah Allah...".
Perhatikan kepada sifat "yang dicari dengan ilmu itu karena wajah Allah." 

Maknanya memahami (ilmu) agama. Maka memahami (ilmu) agama adalah ilmu yang wajib dicari karena wajah Allah.  

Tetapi jika umpamanya mempelajari ilmu kedokteran, mempelajari ilmu mekanik, mempelajari urusan-urusan dunia tidak termasuk dalam hal ini, walaupun mungkin berubah menjadi ibadah apabila niatmu benar dalam menuntutnya. Akan tetapi  yang mesti diwaspadai disini adalah bagi orang yang belajar memahami agama Allah.
"من تعلم علما مما يبتغي به وجه الله لايتعلمه إلا ليصيب به عرضا من الدنيا لم يجد عرف الجنة يوم القيامة"

"Barangsiapa yang mempelajari ilmu yang dicari dengan ilmu itu karena wajah Allah, dia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan dengan ilmu itu tujuan dunia, dia tidak akan mendapatkan bau surga pada hari kiamat".(2)


📌 Hawa nafsu lain (kedua) yang menyerang hati pelajar yang memahami agama Allah;yang tersembunyi juga, maka seorang muslim mesti mewaspada dari hawa nafsu itu apabila berkeinginan mempelajari agama Allah yaitu menjadikan ilmu syar'i -ilmu yang wajib dicari karena wajah Allah- sebagai sarana untuk mendapatkan kepemimpinan, kemuliaan, kebanggaan pribadi, ketinggian di atas manusia dan pengagungn manusia. Dia belajar dan memahami agama agar manusia mentaatinya, agar mereka tunduk kepadanya dan agar wajah-wajah mereka berpaling kepadanya.

Oleh karena itu anda dapatkan yang seperti ini menampakkan kelebihan ilmunya di atas para ulama, berbangga-bangga dengan hal itu sehingga bisa menandingi mereka para ulama. Bahasa moderennya; dia menuntut ilmu syar'i agar terkenal (sehingga) populer dan nampak.

Diantara tanda-tanda hawa nafsu yang tersembunyi ini bahwasanya pelajar yang memahami agama akan bersegera berfatwa dan mengajar hanya sekedar mengambil satu masalah dari sini atau dari situ. Atau dia mendapatkan sebagian masalah lalu ia bersegera menancapkan dirinya untuk berfatwa, menancapkan dirinya untuk mengajar sebelum dia paham, Ini adalah diantara tanda-tanda hawa nafsu yang tersembunyi.

Diantara tanda-tanda hawa nafsu yang tersembungi juga, seorang pelajar menyibukkan diri dengan ilmu-ilmu ijtihad sebelum memahami agama Allah. Ijtihad memiliki ilmu-ilmu yang dikenal oleh para ulama. Maka sebagian para pelajar, mereka bersegera kepada ilmu-ilmu ijtihad lalu mereka menyibukkan diri dengan ilmu-ilmu ini. Ini  adalah diantara pintu menyibukkan diri dengan fardhu kifayah dari fardhu 'ain sebagaimana yang akan dijelaskan.

Menyibukan diri dari fardhu kifayah dari fardhu 'ain?? Karena tidak wajib setiap pelajar -terutama bagi setiap muslim- untuk menjadi seorang mujtahid. Akan tetapi kewajiban setiap muslim adalah mempelajari tauhid dan fikih agar mampu untuk mengikuti dan mempraktekkan. Karena setiap muslim dibebani untuk beriman dan dibebani untuk beramal.

Adapun seorang pelajar yang menyegerakan dirinya di awal langkah belajarnya dengan menyibukkan diri dengan ilmu-ilmu ijtihad, biasanya timbul hal ini dari hawa nafsu yang tersembunyi dalam hati yaitu menjadikan ilmu sarana untuk mendapatkan kepemimpinan.

Sungguh Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم telah mewanti-wanti dari hawa nafsu ini. Maka Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم bersabda:
"أول الخلق تسعر بهم النار يوم القيامة العالم الذي قرأ القرآن ليقال قارئ...وتعلم العلم ليقال عالم"
"Manusia pertama yang dengan sebab mereka api neraka dinyalakan pada hari kiamat adalah seorang 'alim yang membaca Alqur'an agar dikatakan seorang qori.... dan seorang 'alim yang mempelajari ilmu agar dikatakan pandai". (3)

Ia menjadikan ilmu sebagai sarana untuk mendapatkan kemuliaan, keagungan pribadi, kepemimpinan, jabatan dan pekerjaan-pekerjaan yang nampak. Dia membaca Alqur'an agar dikatakan seorang qori' lalu ia terkenal, dia mempelajari ilmu agar dikatakan seorang yang pandai sehingga dia pun nampak dan terkenal.

Dari Jabir-semoga Allah meridhoi kepadanya-bahwasanya Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم bersabda: 
"Janganlah kalian mempelajari ilmu, lalu dengan sebab ilmu itu, kalian berbangga-bangga kepada ulama. Dan jangan pula kalian mempelajari ilmu agar kalian dengan sebab ilmu itu mendebat orang bodoh. Dan janganlah kalian mempelajari ilmu agar kalian dengan sebab ilmu itu bisa melewati majlis-majlis. Maka barangsiapa yang melakukan hal itu, api neraka api neraka". (4)

Diantara keunikan sunnah Allah pada makhlukNya, bahwasanya orang yang ilmu mereka  (niatnya) karena dua hawa nafsu yang tersembunyi ini ; mereka yang menimba ilmu atau mencurahkan diri untuk mendapatkan ilmu karena dua hawa nafsu ini dan karena dua bagian diantara  bagian-bagian jiwa ini tidak ada keberkahan baginya. dan tidak mendapatkan cahaya ilmu, dan pengaruh ilmu kepada jiwa manusiapun lemah, walaupun ilmunya banyak bertumpuk, akan tetapi banyak tidak ada keberkahan. Berbeda dengan ilmu yang mereka ambil  dan mereka curahkan  kepada manusia karena wajah Allah dan hari akhirat, ilmunya ada keberkahan walaupun sedikit, ilmunya ada cahaya walaupun sedikit, pengaruh ilmu kedalam jiwa manusia sangat besar sekali, dan ini merupakan sunnatullah pada makhlukNya.

-------
(1). HR, Ahmad, Tirmidzi, Abu Daawud, Ibnu Majah, dan Addaarimi dari hadist Abu Darda.
(2).HR, Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Haakim, dishahihkan Haakim dan ditetapkan oleh Adzahabi, diriwayatkn oleh Ibnu Abdilbar dalam Jami bayanililmi dari bbrpa jaln (1/187).
(3).HR, Muslim dalam Imarah dari Abu Hurairah (3/1513) dan Tirmidzi dalam zuhud.
(4).HR, Ibnu Abdilbar dalam Jami' bayan al'ilmi (1/187).


Catatan ini dari halaqah 10- 14 kajian Audio muslim&muslimah yang ditulis oleh Ukhti Maria Ulfah 

Ummu Abdirrahman, dan telah dimuroja'ah oleh Ustadz Nuruddin Abu Faynan, Lc.
Semoga bermanfaat
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Translator

 
Copyright © 2011. Nuruddin Abu Faynan, Lc. - All Rights Reserved