Segala
puji hanya milik Allah pengurus semesta alam, shalawat dan salam semoga
tercurahkan kepada semulia-mulia para nabi dan para utusan nabi kita
Muhammad, keluarganya dan semua sahabatnya.
Kalau
kita perhatikan kenyataan realiata kaum muslimin yang ada disekeliling
kita ketika melaksanakn ibadah haji dan umrah itu berbeda-beda kondisi
keimanan mereka dan begitu pula sepulangnya mereka dari pelaksanakan
ibadah yang sangat agung ini ada yang lebih baik dan utama dari pada
sebelumnya baik dari sisi keimanannya, ibadahnya dan akhlaknya, ada pula
yang tidak kelihatan perubahan dalam diri mereka kepada yang lebih baik
dan utama dalam kehidupan kesehariannya baik yang berhubungan
hubungannya akhlak mereka bersama Allah ataupun akhlak mereka bersama
manusia.
Maka tulisan ini dalam rangka mengingatkan diri saya dan saudaraku yang kadang kita ini lupa atau pura lupa bahwa ibadah itu ada dua penghambaan yaitu itu penghambahan hati dan penghambaan anggota badan.
Maka kesempurnaan dua penghambaan dalam menjalankan ibadah yang agung ini akan memberikan pengaruh kepada diri kita kondisi keimanan kita kepada yang lebih baik dan utama dengan karunia dari Allah subhanahu wa ta'ala.
Berapa
banyak kita saksikan diantara sebagian kaum muslimin yang sebelumnya
menyia-nyiakan kewajiban-kewajiban dengan melaksanakan ibadah agung ini
merupakan titik awal perubahan kepada kondisi keimanan yang lebih baik
dan utama, walaupun tidak kita pungkiri ada pula yang kita saksikan
realita kebanyakan kaum muslimin ibadah yang agung ini tidak memberikan
pengaruh kepada kondisi keimanan yang lebih baik dari pada sebelumnya,
hal ini dikarenakan kurangnya penghambaan hati dan penghambaan anggota
badan, maka dengan kurangnya salah satu dari penghambaan ketika
melaksanakan ibadah yang agung ini pengaruhnya tidak nampak dan
penghambaan hati lebih wajib untuk diperhatikan karena penghambaan
anggota badan mengikuti penghambaan hati.
Oleh
karena itu InsyaAllah dalam tulisan singkat ini akan dijelasakn begitu
penting penghmbaan hati atau amalan hati dalam setiap ibadah secara umum
dan dalam ibadah haji dan umrah secara khusus.
Saudaraku
Kita sudah mengetahui bahwa melaksanakan ibadah haji dan umrah merupakn ibadah yang sangat agung, kenapa demikian?
Kita sudah mengetahui bahwa melaksanakan ibadah haji dan umrah merupakn ibadah yang sangat agung, kenapa demikian?
Karena dengan ibadah haji dan umrah ini kita bisa membenahi hati kita. Karena ibadah umrah meliputi amalan hati yang sangat penting seperti mentauhidkan Allah, mengagungkan-Nya, mencintai-Nya, rindu kepada-Nya, takut dari-Nya, berharap kepada-Nya, ketundukan, kepasrahan, kesabaran, tawakal dan selainya dari amalan hati yang merupakan ruh amalan anggota badan dan pondasinya, dan amalan badan yang tidak ada ruhnya (amalan hati) bagaikan badan yang tidak ada ruhnya.
Sungguh
Allah Jalla wa ' Ala memerintahkan kepada kita untuk melaksanakn ibadah
haji yang terkandung didalamnya perintah ibadah umrah agar membekali
diri kita dalam melaksanakan ibadah agung ini dengan dua bekal:
- Bekal Hissi (nampak spt materi) yang bisa menyampaikan kita ke makkah, dan bisa menyempurnakan ibadah kita dengan bekal yang bersifat hissi.
- Bekal ma'nawi (tidak nampak) agar menyampaikan diri kita kepada Rabb kita sehingga ibadah kita diterima Allah, dan bisa mengeluarkan kita dari dosa-dosa kita sebagaimana dihari ibu-ibu kita melahirkan kita.
Saudaraku
Bekal ma'nawi itu maknanya adalah bekal ketakwaan.
Berdasarkan firman Allah
(وتزودوا فإن خير الزاد التقوى، واتقون يأولى الألباب (البقرة:197
Dan asal ketakwaan adalah amalan hati sebagaimana Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: "takwa itu ada disini" mengisyaratkan kepada dadanya 3kali. HR, Muslim no 2564
Dan Nabi shallallahu alahi wasallam bersabda:
لتأخذوا مناسككم
"Hendaklah kalian mengambil manasik kalian". HR, Muslim no 1297.
Nabi
shallallahu’alaihi wasallam memerintahkan kepada sahabat yang mulia-
semoga Allah meridhai mereka - supaya mereka mengambil manasik dari Nabi
shallallahu alahi wasallam baik secara dzahir maupun baathin.
Maka
sebagaimana nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengajari kepada para
sahabat thawaf, sa'i dan semua manasik secara dzahir begitu pula beliau
mengajari mereka agar thawaf dan sa'i mereka dibarengi dengan
mengagungkan Rabnya, mencintai-Nya, tunduk, khusu' dan sambil
menangis...dan yang lainya dari badah-ibadah hati.
Dan
tatkala kita menela'ah beberapa hadits Nabi shallallahu alahi wasallam
pasti kita akan menemukan sahabat nabi -semoga Allah meridhoi mereka-
menjelaskn sifat haji nabi shallallahu’alaihi wasallam yang terkandung
padanya ibadah umrah baik secara dzahir maupun bathin.
Diantara
hadist yang menjelaskan sifat haji nabi shallallahu 'alaihi wasallam
yang terkndung padanya ibadah umrah apa yang diriwayatkan oleh sahabat
Jabir bin Abdillah -semoga Allah meridhoi kepada keduanya- menyifati
keadaan Nabi shallallahu alahi wasallam dalam thawaf:
فبدأ بالحجر فاستلمه، وفاضت عيناه بالبكاء
Dan Sahabat Jabir juga menyifati keadaan Nabi shallallahu alahi wasallam tatkala berangkat dari 'Arafah:
أفاض رسول الله صلى الله عليه وسلم ، وعليه السكينة
"Rasulullah shallallahu alahi wasallam berangkat dari 'Arafah, dan keadaan beliau penuh ketenangan".
HR, Nasa'i no 3024, dishahihkan Al-baani dalam shahih sunan annasaai no 2827.
Oleh karena kedudukan keagungan ibadah ini para ulama sangat meperhatikan dalam menetapkan Syiar haji & Umrah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -semoga Allah merahmatinya- berkata: "Maka
yang dimaksud haji adalah beribadah kepada Allah saja di tempat yang
diperintahkan untuk beribadah padanya. oleh karena itu haji adalah
syiar yang lurus, sehingga sekelompok salaf mengatakan: حنفاء لله lurus
karena Allah itu adalah haji" . Iqtidza Ashiraatu Al-Mustaqim 2/370.
Syekh Abdurrahman bin Naasir Assa'di -semoga Allah merahmatinya -mengatakan: "Perbuatan
- perbuatan dan ucapan-ucapan haji semuanya ada rahasia dan hikmah yang
dimaksudkan dari padanya yaitu menegakan penghambaan yang
bermacam-macam, dan keikhlasan kepada yang diibadahi; maka ibadah haji
itu dibangun diatas rasa cinta, keikhlasan, tauhid, sanjungan, dan
mengingat kepada yang Maha terpuji lagi Maha Agung, maka sesungguhnya
disyariatkan manasik haji dalam rangka ditegaknya dzikrullah". Miftah daar Assa'aadah 2/869, cetakan Daar 'Aalam Al-fawaaid.
Renungan bagi yang berhaji dan Umrah
Maka
bagi kita yang berhaji atau umrah apabila kita merenungkan apa yang
terdapat dalamnya dengan memfokuskan diri kita dalam melaksanakan ibadah
haji kita atau umrah kita pasti kita akan mendapatkan di dalam ibadah
tersebut semacam adanya:
- Keterputusan hubungan kita dari dunia
- Menghadapkan diri kita untuk ibadah diserupakan dengan ibadah I'tikaf.
Hasilnya:
Dengan terputusnya hati kita dari dunia ini dan menghadapkam diri kita untuk beribadah yang diserupakan dengan I'tikaf dalam (melaksanakan haji dan umrah) itu : akan mengeluarkan hati kita dari kegelapan kebodohan dan hawa nafsu kepada cahaya iman, petunjuk dan lezatnya keta'atan.
Dengan terputusnya hati kita dari dunia ini dan menghadapkam diri kita untuk beribadah yang diserupakan dengan I'tikaf dalam (melaksanakan haji dan umrah) itu : akan mengeluarkan hati kita dari kegelapan kebodohan dan hawa nafsu kepada cahaya iman, petunjuk dan lezatnya keta'atan.
Renungan hakikat ibadah haji (umrah) yang mabrur
Hakikat ibadah haji (umrah) kita yang mabrur yang balasannya surga akan mengeluarkan dari dosanya seperti hari dilahirkan ibunya. Demikian pula ibadah umrah yang diterima, pada hakikatnya adalah bagi siapa saja diantara kita yang menyempurnakan ibadah haji atau umrahnya dengan cara:
Hakikat ibadah haji (umrah) kita yang mabrur yang balasannya surga akan mengeluarkan dari dosanya seperti hari dilahirkan ibunya. Demikian pula ibadah umrah yang diterima, pada hakikatnya adalah bagi siapa saja diantara kita yang menyempurnakan ibadah haji atau umrahnya dengan cara:
✏1- merealisasikan keikhlasan karena Allah jalla wa'ala.
✏2-menetapi petunjuk nabi shallallahu’alaihi wasallam.
✏2-menetapi petunjuk nabi shallallahu’alaihi wasallam.
Dan untuk bisa ikhlas dan mengikuti sunnah nabi yaitu dengan dua perkara:
✏1-melaksanakan amalan-amalan yang nampak seperti ihram, thawaf, sa'i, wukuf diarafah dan selainya.
✏2-melaksanakan
amalan-amalan yang tersembunyi, yaitu amalan-amalan hati seperti rasa
cinta kepada Allah, pengagungan kepada-Nya, memuliakan-Nya, ketundukan
hati kepada-Nya, tawakal kepada-Nya dan pasrah kepada-Nya dan selainya.
Jika
ada kecacatan atau kurang pada salah satu dari dua perkara ini akan
membuat lemah pengaruh ibadah haji atau ibadah umrah dalam jiwa kita
dan pahalanyapun sedikit.
Dan
hakikat dua perkara itu amalan yang nampak dan amalan tersembunyi
adalah iman. Jadi dua perkara ini pada dasarnya termasuk ke dalam
katagori yang dinamakan iman menurut Ahlu Assunnah wa Al-Jama'ah. Mengapa? Karena Ahlu Assunnah wa Al-Jama'ah mendefinisikan Iman adalah:
Perkataan dan perbuatan yaitu perkataan hati dan perkataan lisan serta perbuatan hati dan perbuatan anggota badan. Lihat: Majmu fataawa ibnu taimiyyah 7/308, 12/372.
Kesimpulannya
Setiap ibadah:
🌺Ada yang nampak yaitu: perkataan lisan dan perbuatan anggota badan, dan
🌺Ada yang bathin yaitu perkataan hati dan perbuatan hati.
🌺Ada yang nampak yaitu: perkataan lisan dan perbuatan anggota badan, dan
🌺Ada yang bathin yaitu perkataan hati dan perbuatan hati.
Secara khusus terdapat dalam ibadah haji dan ibadah umrah. Perlu
kita ketahui bahwa amalan hati lebih kuat dan lebih utama untuk
dikategorikan kepada penamaan iman dibandingkan perbuatan-perbuatan
anggota badan.
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
"Maka masuknya amalan hati ke dalam iman lebih utama dari pada masuknya
amalan anggota badan berdasarkan kesepakatan semua golongan". Majmu fataawa 7/506.
Bersambung..
Semoga bermanfa'at
Ustadz. Nuruddin Abu Faynan, Lc.
(Mahasiswa S2 Universitas Ummul Qura Makkah)
Makkah 22/02/1436 H.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !