Headlines News :
Home » » MENAFSIRKAN AL-QUR'AN DENGAN TEORI MODERN?

MENAFSIRKAN AL-QUR'AN DENGAN TEORI MODERN?

Written By Unknown on Selasa, 03 Februari 2015 | 04.34

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin -rahimahullah- berkata:

"Menafsirkan Al-Qur'an dengan teori sains sangatlah berbahaya, karena jika kita menafsirkan Al-Qur'an dengan teori-teori tertentu, lalu ada teori-teori lain yang bertentangan dengannya, maka seolah-olah Al-Qur'an itu tidak benar dalam pandangan musuh-musuh islam, adapun dalam pandangan kaum muslimin, mereka akan berkata bahwa yang salah itu bukan Al-Qur'an, melainkan metode penafsirannya yang salah …

Orang-orang kafir selalu menunggu kesempatan untuk mencari-cari kesalahan dari hal tersebut (penafsiran yang salah tadi).

Oleh karena itu, jauhilah –dengan peringatan yang sangat- untuk tidak tergesa-gesa dalam menafsirkan Al-Qur'an dengan teori sains, biarkanlah teori-teori sains itu apa adanya sesuai dengan kenyataan …

Jika benar apa yang terjadi tersebut sesuai kenyataan, kita tidak perlu mengatakan bahwa hal itu sudah ditetapkan (sudah ada) dalam Al-Qur'an…

Al-Qur'an diturunkan untuk ibadah dan membimbing akhlaq, serta agar kita mentadabburinya (meresapi maknanya),

Allah ta'ala berfirman:
كِتابٌ أَنْزَلْناهُ إِلَيْكَ مُبارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آياتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُوا الْأَلْبابِ
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran." (QS. Shaad: 29).

Al-Qur'an tidak diturunkan untuk hal-hal yang membutuhkan eksperimen dan tidak juga diturunkan agar orang-orang dapat menyesuaikannya dengan teori-teori sains …

Hal tersebut sangat berbahaya dan memberatkan serta tidak sesuai dengan hikmah diturunkannya Al-Qur'an .

Saya akan memberikan contoh pada firman Allah ta'ala:
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانفُذُوا لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
"Hai jama'ah jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kalian tidak dapat menembusnya kecuali dengan 'sulthan' (kekuatan)". (QS Ar-Rahman: 33)

Ketika manusia dapat naik ke bulan (terlepas dari benar atau tidaknya –pen), sebagian orang menafsirkan ayat tersebut & menempatkannya pada apa yang sedang terjadi, mereka berkata:
"Yang dimaksud dengan 'sulthan' adalah 'sains', dan mereka –dengan ilmu pengetahuan yang ada pada mereka- telah melintasi penjuru bumi dan melampaui gravitasinya".

Hal ini salah …
Dan tidak boleh menafsirkan Al-Qur'an dengan pengertian seperti itu, karena (jika engkau menafsirkannya begitu) maka berarti engkau telah bersaksi bahwa Allah memang menghendaki tafsirnya demikian, dan engkau akan diminta tanggung jawab atas persaksian besar ini.

Siapapun yang mentadabburi (meresapi makna) ayat tadi, dia akan menemukan bahwa tafsir demikian adalah bathil (salah), karena ayat tadi disebutkan setelah firman Allah ta'ala:

كُلُّ مَنْ عَلَيْها فانٍ (26) وَيَبْقى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالْإِكْرامِ (27) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (28) يَسْئَلُهُ مَنْ فِي السَّماواتِ وَالْأَرْضِ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ (29) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (30) سَنَفْرُغُ لَكُمْ أَيُّهَ الثَّقَلانِ (31) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (32)

"Semua yang ada di bumi itu akan binasa. (26) Dan tetap kekal Wajah Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan (27) Maka ni'mat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? (28) Semua yang ada di langit di bumi selalu minta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan (29) Maka ni'mat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? (30) Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jin. (31) Maka ni'mat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? (32) ".

Maka kita tanyakan: "Apakah mereka telah melintasi penjuru langit?" Jawabannya tentu saja: "Tidak!"


Sedangkan Allah berfirman:
إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
"Jika kalian sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi"

{ Pen: pada ayat selanjutnya:
يُرْسَلُ عَلَيْكُما شُواظٌ مِنْ نارٍ وَنُحاسٌ فَلا تَنْتَصِرانِ (35)
"Dikirim kepada kalian (jin dan manusia) nyala api dan cairan tembaga maka kalian tidak dapat menyelamatkan diri (daripadanya)". (QS. 55:35)}

Yang kedua: "Apakah dikirim kepada mereka nyala api dan cairan tembaga?
Jawabannya tentu saja: "Tidak!"

Jadi ayat tersebut tidak benar bila ditafsirkan dengan penafsiran mereka tadi.


Dan kita katakan:
"Sesungguhnya –sampainya mereka ke bulan- hal itu dapat diketahui dengan teori yang mereka telah bereksperimen dengannya.
Adapun mengubah makna Al-Qur'an serta menundukkannya (memaksakannya) agar sesuai dengan teori sains & teknologi, maka hal ini tidak benar & tidak boleh.

(Kitaab Al-'Ilm, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin)


***

Kesimpulan:


Al-Qur'an adalah wahyu yang Allah turunkan untuk membimbing manusia, kita tidak boleh semena-mena menafsirkan Al-Qur'an hanya karena kebetulan sesuai –atau bahkan "dipaksakan" untuk sesuai- dengan sains, teknologi, maupun fenomena alam … 


Sebab Al-Qur'an kebenarannya mutlak, sedangkan ilmu pengetahuan bisa berubah-ubah dari satu teori kepada teori lainnya. 

____________________ 

By: Arfah Ummu Faynan 

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Translator

 
Copyright © 2011. Nuruddin Abu Faynan, Lc. - All Rights Reserved