Headlines News :
Home » » MENUNTUT ILMU SYAR'I BAGI WANITA MUSLIMAH

MENUNTUT ILMU SYAR'I BAGI WANITA MUSLIMAH

Written By Unknown on Selasa, 03 Februari 2015 | 21.43

Kita tidaklah datang dengan sesuatu yang baru jika kita katakan bahwa islam telah memuliakan wanita serta mengangkat kedudukannya. Dan tidaklah tema pembahasan kita di sini tentang hal tersebut.

Namun, yang selayaknya diperhatikan adalah tatkala islam menyuruh kepada wanita untuk menuntut ilmu, dan islam menganjurkannya untuk menuntut ilmu (sama) seperti anjuran kepada saudaranya dari kalangan laki-laki.

Tidak diragukan lagi, bahwa wanita dituntut untuk beribadah kepada Allah di atas ilmu dengan mengikuti sunnah (petunjuk) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta dengan berharap untuk berjumpa Allah ‘azza wa jalla, yang mana Dia telah mengaitkannya dengan dua syarat utama, yaitu: 

1. Ikhlash
2. Amal tersebut merupakan amal shalih.

Sebagaimana firman Allah ta’ala:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Artinya: “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya".
QS. Al Kahfi: 110.

Amal tersebut tidak menjadi amal shalih, kecuali jika sesuai dengan apa yang datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tidak pula amal tersebut menjadi amal shalih kecuali dengan mempelajari dan mencari pengetahuan tentang sirah / sejarah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal aqidah, akhlaq, adab, & suluk.

Maka wajib bagi wanita untuk mendapatkan ilmu yang tidak bisa tegak ibadahnya kecuali dengan ilmu tersebut, dia wajib untuk mempelajari hal-hal yang dapat memperbaiki ‘aqidahnya serta membersihkannya dari virus kerancuan pemikiran, dia juga perlu mempelajari hukum-hukum yang merupakan rukun-rukun yang lain dari agama islam, seperti shalat, puasa, haji, dan zakat. Ia perlu mempelajari apa yang menjadi haknya & apa yang menjadi kewajibannya terhadap suami & anak-anaknya.

Inilah yang dirasakan oleh wanita pada abad-abad yang lalu, hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh seorang wanita yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang menyampaikan keinginan para wanita tentang keinginan mereka untuk menuntut ilmu.

Dalam shahihain (kitab hadits Al-Bukhari & Muslim), dari hadits Abu Sa’id Al-Khudri –semoga Allah meridhainya-, dia berkata:

((Seorang wanita telah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berkata: Wahai Rasulullah, para laki-laki telah pergi dengan haditsmu, maka luangkanlah waktu anda untuk kami satu hari dimana kami datang kepada anda, anda mengajarkan kami apa-apa yang telah Allah ajarkan kepada anda. Maka beliau bersabda: Berkumpullah kalian pada hari ini & itu, di tempat demikian & demikian.” Maka merekapun berkumpul, lalu beliau mengajari mereka perkara yang telah Allah ajarkan kepada beliau)). ( )

Oleh karena itu, tak heran jika sepanjang sejarah islam terdapat para wanita cerdas dalam ilmu-ilmu syar’i di berbagai bidang, dan barangkali bintang cemerlang itu dipimpin oleh Ash-Shiddiiqah (wanita yang jujur), yaitu Aisyah –semoga Allah meridhainya-, sebagaimana dia menjadi rujukan bagi para shahabat setelah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka bertanya kepadanya permasalahan yang pelik bagi mereka.

Bahkan pada suatu waktu di satu zaman dimana pengantin tidak dirayakan pernikahannya kecuali dengan membawa sebagian kitab-kitab ilmu syar’i (dalam barang hantarannya –pen), sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Adz-Dzahabi dalam kitabnya “Siyar A’laam An-Nubalaa”, bahwa ketika itu seorang gadis menikah, sedangkan dalam barang hantarannya terdapat kitab “Mukhtashar Al-Muzani”.

Maka dengan sebab ini, kemudian sebab yang lain, yaitu banyak di antara wanita yang mengira bahwa dia dikesampingkan dari menuntut ilmu syar’i, dan bahwa hal itu merupakan kekhususan bagi laki-laki, sehingga wanita menjadi permainan di tangan musuh-musuh Allah & musuh-musuh islam, ketika mereka menjerumuskannya melalui media-media mereka berupa majalah vulgar & cerita-cerita yang merusak, maka segolongan dari wanita kita menelan mentah-mentah (apa yang disuguhkan musuh islam itu).

Adapun segolongan yang lain, mereka berada dalam keadaan yang tak bermanfaat & tak berguna, dia hanya sibuk seputar pakaian serta obrolan sesama wanita dengan obrolan yang tak berfaidah.

Maka terdapatlah golongan ketiga -Alhamdulillah- mereka merasakan kebutuhan wanita untuk menuntut ilmu syar’i, yang mana (dengan ilmu syar’i itu) mereka dapat menolak kebodohan, sebagaimana sebagian laki-lakipun hidup dalam kebodohan seperti itu.
Para wanita itu ingin agar mereka dapat menghilangkan kebodohan mereka terhadap hukum-hukum agama Allah.

Semoga kita termasuk golongan yang ketiga ini, yang mencontoh para wanita dari generasi salaf dalam semangat mereka menuntut ilmu.  
__________________ 

By: Arfah Ummu Faynan


Disarikan dari: Al-Mar'ah wa thalab al-'ilm, Syaikh Khalid bin Ibrahim bin Muhammad Ash-Shaq’aby

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Translator

 
Copyright © 2011. Nuruddin Abu Faynan, Lc. - All Rights Reserved